Francesco Bagnaia sudah melakukannya tahun lalu. Kini rider Ducati Lenovo itu akan coba menjaga tren bagus para pemimpin klasemen dalam mengamankan gelar juara dunia di balapan pamungkas.

Dalam 75 tahun gelaran Kejuaraan Dunia Balap Motor, 19 gelar juara dunia ditentukan pada seri terakhir. Momen perdana terjadi pada 1950. Umberto Masetti menduduki peringkat dua di Monza demi merebut gelar. Dia memimpin satu angka atas Geoff Duke yang memenangkan balapan pada klasemen akhir.

Sedangkan perebutan takhta pada seri pamungkas teranyar terjadi di MotoGP 2022. Ketika itu Bagnaia melakoni balapan di Valencia berbekal keunggulan 23 poin atas Fabio Quartararo. Bagnaia menempati posisi sembilan di lomba yang cukup untuk membawanya merebut mahkota Quartararo.

Peristiwa sama kembali hadir di 2023. Bagnaia unggul 21 nilai dari pembalap Pramac Racing Jorge Martin. Meski seri Valencia menyediakan 37 angka menyusul kehadiran sprint race pada musim ini, kans Martin memutar balik situasi sangat berat mengingat faktor sejarah.

Bagnaia bahkan bisa mengamankan titel pada sprint race yang berlangsung sehari sebelum balapan utama. 

Legenda MotoGP Jadi Korban Pertama

Jika ditotal, hanya tiga pembalap yang bisa mengejar ketertinggalan untuk menduduki takhta pada akhir musim. Tahun 1992, juara bertahan Mick Doohan menderita cedera patah tulang di Assen sehingga harus melewatkan empat seri. Dia kembali untuk lomba di Interlagos dan bisa menempati posisi 12 dalam kondisi fisik belum 100 persen.

Capaian itu masih cukup untuk membuatnya tetap unggul atas Wayne Rainey di klasemen sementara jelang balapan penutup di Afrika Selatan. Namun, selisih keduanya kini cuma dua poin.

Rainey kemudian memutar keadaan setelah menempati peringkat tiga di Sirkuit Kyalami, dengan Doohan menempati posisi enam.

source

Share.
Exit mobile version