Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut 35.757 bayi hepatitis B lahir dari ibu yang positif hepatitis B.
Kemenkes menemukan ada tren kenaikan kasus hepatitis B tiap tahun di Indonesia.
Jubir Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan berdasar data Riskesdas 2013, 7,1 persen atau 18 juta penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis B.
Sementara data Riskesdas 2019 menunjukkan prevalensi hepatitis B kronik di Indonesia sebanyak 24 juta penduduk. Di 2022, kasus bayi hepatitis B cukup memprihatinkan.
“Pada tahun 2022 terdapat 50.744 ibu hamil positif hepatitis B. Dari jumlah ibu hamil itu, 35.757 bayi lahir dari ibu yang dinyatakan positif hepatitis B,” kata Syahril dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/5).
Setelah imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam, sebanyak 27 persen bayi (sekitar 9.239 bayi) yang dites HBsAG (tes hepatitis B) di usia 9-12 bulan, ternyata 135 bayi positif hepatitis B.
Hepatitis B merupakan infeksi liver serius yang disebabkan virus hepatitis B. Virus bisa menular terutama lewat paparan cairan tubuh termasuk darah, air liur, menstruasi, vagina dan cairan mani.
Bayi hepatitis B saat lahir tertular dari ibu yang positif hepatitis B. Dilansir dari CDC, virus memang paling sering menular dari ibu ke bayi saat proses persalinan pervaginam atau operasi caesar (c-section).
Apa penularan dari ibu positif hepatitis B ke bayi bisa dicegah?
Infeksi hepatitis B pada bayi baru lahir bisa dicegah. CDC menyebut anggota keluarga perlu tes hepatitis B. Bagi anggota keluarga yang negatif hepatitis B, bisa mendapatkan vaksinasi hepatitis B.
Kemudian WHO merekomendasikan semua bayi menerima dosis pertama vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, dalam kurun waktu 24 jam.
Dosis ini sebaiknya diikuti setidaknya dengan 2 dosis tambahan dengan jarak minimal 4 minggu.
Bayi hepatitis B memang tertular dari ibu positif hepatitis B. Ibu selama masa kehamilan bisa dicek kelayakannya menerima pengobatan antivirus jangka panjang.
Sumber : CNN