Gabriel Julian Uriani Awom, merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil meraih beasiswa afirmasi dari pemerintah daerah Papua Barat.
Gabriel yang kini berada di semester 7 tak pernah membayangkan dirinya bisa menjadi mahasiswa Kedokteran. Sebab, orang tuanya tidak punya biaya untuk kuliah. Ayah Gabriel seorang pendeta dan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Ia mengaku sempat ragu memilih UGM karena merasa akan sulit untuk diterima. Namun, karena kegigihannya, dia berhasil diterima.X
“Awalnya saya sempat ragu akan diterima, karena UGM adalah kampus impian banyak orang. Pasti sulit untuk diterima. Tetapi, Puji Tuhan, akhirnya saya diterima untuk berkuliah di jurusan kedokteran UGM,” ungkapnya dilansir pada laman UGM pada Kamis, 16 Maret 2023.
Setelah diterima di UGM, Gabriel mengaku sempat sulit beradaptasi dengan pola pembelajaran di kampus. Tapi, dengan semangatnya, ia berusaha belajar sebaik-baiknya.
“Saya berusaha untuk terus membenahi diri dan melakukan yang terbaik agar dapat melewati setiap semester dengan baik. Saya bersyukur karena dosen-dosen, kakak tingkat, dan teman-teman saya sangat support,” ujarnya.
Gabriel lahir di Sulawesi Tengah karena ayahnya kala itu mendapat tugas pelayanan di pedalaman Da’a Timur, Sulawesi Tengah. Namun, saat Gabriel SD, ayah Gabriel dipanggil kembali untuk melakukan tugas pelayanan di Papua, daerah asal orang tuanya.
“Saya pun menghabiskan masa pendidikan SD hingga SMA di tanah Papua dan lulus dari SMAN 1 Teluk Bintuni, Papua Barat,” ujarnya.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Gabriel sudah langganan jadi siswa berprestasi. Dia selalu masuk peringkat 3 besar. Selain pintar di bidang akademik, ia juga sering mengikuti lomba dan menjadi juara. Dia pernah juara 2 lomba pidato kebangsaan tingkat provinsi.
Gabriel mengaku dirinya tidak semata-mata mengejar nilai akademik. Baginya, tujuannya belajar adalah untuk mendapatkan ilmu yang bisa berguna untuk menolong pasien.
Cita-cita Gabriel setelah selesai menempuh pendidikan dokter adalah mengabdi di kampung halamannya. Di sana, kata dia, akses kesehatan masih sulit.
“Saya melihat bahwa masyarakat di daerah saya sangat memerlukan layanan-layanan kesehatan untuk menyokong kesejahteraan hidup mereka. Saya ingin mengambil bagian untuk memajukan kesehatan masyarakat ketika saya kembali untuk bekerja di tanah Papua,” harapnya.